tubanjogja.org – Palestina
NEGERI TAK BERTUAN
Setiap penjuru dihuni singa-singa jalang
Hidup laksana biduan tanpa penonton, tanpa saweran
Ciptaan Mu begitu indah, katanya.!
Hanya sebatas cerita
Namun negeriku tak pernah menjadi lakon
Dari cerita-cerita menarik itu
Semoga Engkau tidak melupakan negeri kami
Yang diciptakan untuk tidak terus berduka dan sengsara
Yogyakarta, 2017
Baca juga: Kepada Perpisahan (Alfin Rizal)
TUHAN, AKU INGIN PALESTINA MERDEKA
Kemerdekaanku adalah pertemuan rindu dengan sepasang kekasih
Sambil bergantian mengecup bibir
Menghayal dalan pelukan
Bermesra dalam dingin hujan
Kemerdekaan Palestina
Seorang ibu dan ayah berharap bertemu dengan anak-anaknya
Yang hilang diantara peluru-puluru dan orang yang berlarian
Kemerdakaanku adalah makan di pagi hari
Menyeruput kopi dan menikmati sebatang rokok
Kemerdekan Palestina
Tidak meminum darah yang berbau anyir
Dengan tubuh yang penuh luka
Kemerdekaanku bertemu dengan seorang ibu yang melahirkan
Dengan seorang bapak yang gigih mencangkul di ladang
Kemerdekaan Palestina
Bangun pagi dengan keluarga yang utuh
Tanpa penjaga dengan senapan-senapan
Yang mengarah ke kepala dan ke dadanya
Siap membunuh
Siap menikam
Kemerdekaanku adalah hal kecil
Yang tidak pernah ada di benak mereka
Maka pada Mu Allah ku yang mempunyai naskah alam
Raja diatas raja
MERDEKAKANLAH PALESTINA
Sebab mereka pun berhak menikmati indah ciptaan Mu
Yogyakarta, 2017
Baca juga: Mata Rindu (Zams’ta)
TANDA TANYA
Jika surgamu lebih dalu harus ditangisi dengan darah
Maka kami telah melaksanakan perintah Mu
Bertahun tahun kami tak merasakan sinar rembulan
Dan senja yang indah
Jika ke surgamu lebih dulu harus tersiksa disetiap waktu
Maka puluhan tahun kami sudah merasakan itu
Atau kami memang dilahirkan untuk berduka selamanya
Yogyakarta, 2017
Baca juga: Pesan Mendung Pada Hujan (Hendry Krisdiyanto)
*Rudi Santoso, lahir di Sumenep Madura. Mahasiswa Sosiologi UIN Sunan Kalijaga. Pendiri Kominitas Gerakan Gemar Membaca dan Menulis (K-G2M2). Nominasi 100 puisi terbaik tingkat asia tenggara oleh UNS 2017. Beberapa puisinya termaktub dalam, Secangkir Kopi Untuk Masyarakat (2014), Sajak Kita (GemaMedia2015), Surat Untuk Kawanan Berdasi (2016), Ketika Senja Mulai Redup (2016,) Moraturium Senja (2016), beberapa puisinya telah terbit di koran Media Indonesia, Kedaulatan Rakyat, Minggu Pagi, Lampong Post, Medan Bisnis, Analisa Medan, Republika, Pikiran Rakyat. Radar Surabaya, Radar Madura, Koran Madura, Sumut Post, Rakyat Sumbar, Jurnal Asia Medan, Bangka Pos, Lombok Post, dll, Buku puisi tunggalnya “Kecamuk Kota” (Halaman Indonesia 2016)
[…] Baca Juga : Puisi-Puisi Rudi Santoso: Palestina dan Negeri Tak Bertuan […]